Sudah sekitar 2 minggu ini saya menjalani profesi sebagai guru 'dadakan'. Ya, dadakan. Karna hampir setiap tiba waktu ngajar, saya selalu memberikan materi dadakan alias tanpa persiapan. Saya hanya bermodalkan pengetahuan tentang pelajaran SD yang masih tersisa dimemory otak saya. Meskipun yang saya ingat hanyalah tulisan ceker ayam yang tertulis di catatan saya ketika masih duduk dibangku sekolah dasar. FYI, sekarang saya mengajar murid kelas 6 SD di rumah pintar (rumah yang disediakan untuk anak-anak di kampung saya untuk belajar dan les gratis) di dekat rumah saya. Sampai saat ini, saya masih heran,
kok bisa ya saya sampai bisa ngajar. Padahal sebelumnya tak pernah terpikirkan sedikit pun untuk mencoba mengajar, setidaknya dalam waktu dekat, mengingat
kesibukan saya di himpunan yang membuat waktu, pikiran, dan tenaga saya tersita dengan sadisnya. Bukan karna itu saja, saya pun masih merasa minder untuk mengajar karena ilmu saya yang masih ecek-ecek serta sikap saya yang mudah grogi jika berbicara di depan orang yang tidak dikenal, sekalipun masih anak-anak. makanya saya sempat berpikir untuk tidak mengajar dalam waktu dekat agar saya bisa mempersiapkan diri dulu matang-matang sebelum membagikan ilmu saya kepada orang lain. Tapi kini kenyataannya, saya direkrut menjadi relawan yang harus bisa mengajarkan apa yang saya bisa untuk murid-murid saya di rumah pintar. Meskipun cara penyampaian, sikap, dan kemampuan saya tidak sehebat guru 'asli' tapi saya mencoba melakukan yang terbaik untuk mereka. Ya maklum lah kalau saya masih canggung dan gugup ketika mengahadapi mereka, toh belum berpengalaman hehehe.
Semua berawal dari ajakan mama saya untuk menemani beliau serta ibu dari rumpin (rumah pintar) untuk belanja buku ke rumah buku yang berlokasi di Jl. W. R. Supratman No. 96. Sebelumnya saya sempat menolak ajakan beliau karena dihari yang sama, saya harus menghadiri diklat jurnalistik di kampus saya. Namun karna suatu hal saya tidak bisa menghadiri acara tersebut. Akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut mama ke rumah buku. Yah, daripada merana tanpa gawe di rumah, mending menghibur diri dengan hunting buku-buku. Apalagi tanpa mengorbankan ongkos makan saya selama dua minggu alias dibayarin mama hihi.
Seperti yang dikatakan mama sebelumnya, beliau mengajak ibu dari rumpin yang kerap dipanggil bu Dian. Siapakah bu Dian itu? Beliau adalah wanita beranak satu yang mengelola rumah pintar. Selain itu juga beliau merupakan sosok hebat dibalik kemajuan rumah pintar. Bagaimana tidak, selama kurang dari 1 tahun, rumpin sudah banyak mengalami perkembangan. Hal tersebut tak lepas dari peran bu Dian yang begitu gigih dalam mencari donatur baik itu lewat teman-temannya maupun selain dari itu. Tanpa wanita yang energik dan ceria ini mungkin rumah pintar tidak akan pernah ada.. *Cieelah lebay* Beuh, serius!
Kembali ke cerita, mamah saya mengajak bu Dian. Otomatis saya pun berkenalan dengan beliau. Selama perjalanan menuju ke rumah buku, kami banyak berbincang panjang lebar mengenai berbagai hal. Meskipun yang lebih nyerocos disini adalah beliau tapi perbincangan kami cukup menarik karena ketika bercerita, beliau selalu ekspresif dan tidak kaku, membuat saya nyaman berbincang dengannya lama-lama padahal kami baru saja berkenalan. Sampai akhirnya beliau menceritakan tentang rumah pintar lalu menawarkan kepada saya untuk menjadi relawan disana. Yah, itung-itung latihan ngajar sambil mengabdi pada masyarakat juga, pikir saya. Tak ada salahnya untuk mencoba kan. Dan kebetulan saya punya banyak waktu luang karena sekarang sedang libur panjaaaaang sampai akhir Agustus. Tapi risikonya jika sudah masuk kuliah, saya harus bulak-balik Limbangan-Bandung setiap minggu untuk mengajar anak-anak didik saya. Ditambah lagi risiko mengalami rasa lelah karena perjalanan. Pikiran-pikiran negatif pun bermunculan. Takut tak bisa membagi waktu dengan kegiatan himpunan lah, takut ga bisa ngerjain tugas kuliah dengan maksimal lah, takut ini, takut itu, bla..bla... Tapi pemikiran-pemikiran negatif saya sirna ketika menyaksikan mereka yang begitu giat dalam menimba ilmu. Siapa lagi kalo bukan murid-murid saya di rumpin. Mereka adalah Fitri, Sonia, dan Wafa. Ya, saya kebagian mengajar ketiga perempuan yang masih duduk di bangku kelas 6 SD ini. Ketika saya di kelas dan mengajar, saya merasa sangat senang entah mengapa. Rasanya mereka membuat saya lebih bersemangat dan membuat hidup saya jadi lebih berwarna. Apalagi ketika melihat murid-murid saya ini yang begitu antusias ketika manerima materi. Terlihat dari kesungguhan mereka ketika mengerjakan soal latihan yang saya berikan dan juga berbagai pertanyaan yang mereka lontarkan mengenai materi yang bersangkutan. Mereka membuat saya bersemangat dan termotivasi untuk menjadi guru yang lebih baik dan tentunya menjadi guru yang hebat. Yang bisa membawa mereka menuju prestasi gemilang. Being teacher is really fun! :)
kok bisa ya saya sampai bisa ngajar. Padahal sebelumnya tak pernah terpikirkan sedikit pun untuk mencoba mengajar, setidaknya dalam waktu dekat, mengingat
kesibukan saya di himpunan yang membuat waktu, pikiran, dan tenaga saya tersita dengan sadisnya. Bukan karna itu saja, saya pun masih merasa minder untuk mengajar karena ilmu saya yang masih ecek-ecek serta sikap saya yang mudah grogi jika berbicara di depan orang yang tidak dikenal, sekalipun masih anak-anak. makanya saya sempat berpikir untuk tidak mengajar dalam waktu dekat agar saya bisa mempersiapkan diri dulu matang-matang sebelum membagikan ilmu saya kepada orang lain. Tapi kini kenyataannya, saya direkrut menjadi relawan yang harus bisa mengajarkan apa yang saya bisa untuk murid-murid saya di rumah pintar. Meskipun cara penyampaian, sikap, dan kemampuan saya tidak sehebat guru 'asli' tapi saya mencoba melakukan yang terbaik untuk mereka. Ya maklum lah kalau saya masih canggung dan gugup ketika mengahadapi mereka, toh belum berpengalaman hehehe.
Semua berawal dari ajakan mama saya untuk menemani beliau serta ibu dari rumpin (rumah pintar) untuk belanja buku ke rumah buku yang berlokasi di Jl. W. R. Supratman No. 96. Sebelumnya saya sempat menolak ajakan beliau karena dihari yang sama, saya harus menghadiri diklat jurnalistik di kampus saya. Namun karna suatu hal saya tidak bisa menghadiri acara tersebut. Akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut mama ke rumah buku. Yah, daripada merana tanpa gawe di rumah, mending menghibur diri dengan hunting buku-buku. Apalagi tanpa mengorbankan ongkos makan saya selama dua minggu alias dibayarin mama hihi.
Seperti yang dikatakan mama sebelumnya, beliau mengajak ibu dari rumpin yang kerap dipanggil bu Dian. Siapakah bu Dian itu? Beliau adalah wanita beranak satu yang mengelola rumah pintar. Selain itu juga beliau merupakan sosok hebat dibalik kemajuan rumah pintar. Bagaimana tidak, selama kurang dari 1 tahun, rumpin sudah banyak mengalami perkembangan. Hal tersebut tak lepas dari peran bu Dian yang begitu gigih dalam mencari donatur baik itu lewat teman-temannya maupun selain dari itu. Tanpa wanita yang energik dan ceria ini mungkin rumah pintar tidak akan pernah ada.. *Cieelah lebay* Beuh, serius!
Hunting buku @rumah buku :)
Kembali ke cerita, mamah saya mengajak bu Dian. Otomatis saya pun berkenalan dengan beliau. Selama perjalanan menuju ke rumah buku, kami banyak berbincang panjang lebar mengenai berbagai hal. Meskipun yang lebih nyerocos disini adalah beliau tapi perbincangan kami cukup menarik karena ketika bercerita, beliau selalu ekspresif dan tidak kaku, membuat saya nyaman berbincang dengannya lama-lama padahal kami baru saja berkenalan. Sampai akhirnya beliau menceritakan tentang rumah pintar lalu menawarkan kepada saya untuk menjadi relawan disana. Yah, itung-itung latihan ngajar sambil mengabdi pada masyarakat juga, pikir saya. Tak ada salahnya untuk mencoba kan. Dan kebetulan saya punya banyak waktu luang karena sekarang sedang libur panjaaaaang sampai akhir Agustus. Tapi risikonya jika sudah masuk kuliah, saya harus bulak-balik Limbangan-Bandung setiap minggu untuk mengajar anak-anak didik saya. Ditambah lagi risiko mengalami rasa lelah karena perjalanan. Pikiran-pikiran negatif pun bermunculan. Takut tak bisa membagi waktu dengan kegiatan himpunan lah, takut ga bisa ngerjain tugas kuliah dengan maksimal lah, takut ini, takut itu, bla..bla... Tapi pemikiran-pemikiran negatif saya sirna ketika menyaksikan mereka yang begitu giat dalam menimba ilmu. Siapa lagi kalo bukan murid-murid saya di rumpin. Mereka adalah Fitri, Sonia, dan Wafa. Ya, saya kebagian mengajar ketiga perempuan yang masih duduk di bangku kelas 6 SD ini. Ketika saya di kelas dan mengajar, saya merasa sangat senang entah mengapa. Rasanya mereka membuat saya lebih bersemangat dan membuat hidup saya jadi lebih berwarna. Apalagi ketika melihat murid-murid saya ini yang begitu antusias ketika manerima materi. Terlihat dari kesungguhan mereka ketika mengerjakan soal latihan yang saya berikan dan juga berbagai pertanyaan yang mereka lontarkan mengenai materi yang bersangkutan. Mereka membuat saya bersemangat dan termotivasi untuk menjadi guru yang lebih baik dan tentunya menjadi guru yang hebat. Yang bisa membawa mereka menuju prestasi gemilang. Being teacher is really fun! :)
Comments
Post a Comment