Raden Ainun Marhamah adalah seorang
gadis blasteran limbangan-cicalengka yang lahir 3 tahun sebelum lengsernya pak
harto dari jabatannya sebagai presiden RI. Kini gadis yang kerap disebut-sebut
sebagai istri pak habibie ini sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas
dengan nama tengah ‘pendidikan’ di Indonesia (baca : Universitas Pendidikan
Indonesia). Ia memilih untuk masuk jurusan pendidikan kimia dengan harapan
kelak ia dapat mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang berwawasan kimia
dan berakhlak mulia. Meskipun pada awalnya sama sekali tidak terbesit dalam
benaknya untuk menjadi seorang pendidik. Tidak sama sekali.
Dua tahun sudah ia menjalani
kehidupan sebagai mahasiswa pendidikan kimia. Deadline, bergadang, dan senam
jari (baca : mengerjakan jurnal dan laporan secara tulis tangan) bukan lagi
menjadi hal yang asing baginya karna dalam hal ini ia sudah cukup terlatih
sejak ia duduk di bangku SMK. Hari-harinya sebagai mahasiswa tidak saja diisi
dengan kegiatan perkuliahan tapi juga diseimbangkan dengan kegiatan organisasi
di himpunan jurusannya. Berbagai aktivitas pun ia geluti hingga ia tenggelam
dalam kesibukan yang pada awalnya tak biasa bagi dirinya. Sampai suatu ketika
ia mencapai titik jenuh. saat ia mulai merasa terlalu lelah melalukan ini itu,
ia mulai mengeluh, ia mulai menyalahkan keadaan, ia mulai menyesal karena telah
terjun di dunia dengan kesibukan tak terbatas. Ia tak tahu mengapa dirinya
tiba-tiba seperti ini. Motivasinya seakan-akan hilang entah kemana. Ia merasa
hampa. Seperti ada hal yang terlupakan. Hal yang dulu bisa membuat ia kuat dan
bertahan ditengah-tengah kerasnya kehidupan kampus. Tiba-tiba saja ia teringat
perjalanan panjangnya menuju dirinya saat ini. Perjalanan hingga kini ia ada
disini untuk menceritakan kisahnya.
Ia teringat ketika pertama kali
melakukan pendaftaran di salah satu sekolah menengah kejuruan di Bandung, SMKN
7 Bandung. Saat itu ia diberi beberapa
lembar kertas yang berisikan data diri yang harus diisi. Ketika hendak mengisi
kolom jurusan, tanpa pikir panjang ia memilih jurusan Analisis Kimia.
Sebenarnya ia sendiri tidak terlalu mengerti apa itu analisis kimia. “Mungkin
nanti saya akan mempelajari mengenai zat-zat kimia berbahaya, cara
menganalisisnya, atau bahkan mungkin nanti saya akan diajarkan cara membuat bom!.”
tebaknya. Pikiran polosnya pun terus bermain-main dengan bayangan sebagai
seorang analis. Dengan bermodalkan kegemarannya terhadap mata pelajaran IPA SMP
ia yakin bahwa ia pun pasti bisa menaklukkan pelajaran-pelajaran yang ada di
analisis kimia itu. Ia tak sabar membayangkan bagaimana kelak ia akan
menggunakan jas lab sembari sibuk menganalisis zat-zat kimia. “Itu pasti sangat
kereeen!” pikirnya.
Atas dorongan orang tuanya, ia
memilih untuk masuk SMK dengan alasan agar ilmu yang diperolehnya lebih
spesifik karena sesuai namanya, di SMK siswa sudah diarahkan sejak dini untuk
menghadapi dunia kerja sesuai jurusan yang diambil. Selain itu, untuk sampai
lulus dari jurusan analis di SMKN 7 Bandung, siswa hanya memerlukan waktu 3
tahun. Berbeda dari sekolah-sekolah kejuruan lain yang memiliki jurusan analis
yang pada umumnya memerlukan waktu 4 tahun untuk siswa lulus.
Tahun pertama di SMK ia lalui dengan penuh
sukacita, pada semester ini ia masih kaget dengan jadwal sekolah yang begitu
padat. Setiap hari sampai hari sabtu, jam masuk sekolah pukul 6.45 pagi dan jam
pulang pukul 16.00 sore. Pada awalnya ia merasa sangat sulit karna dulu saat
masih SMP, jam belajar di sekolahnya hanya sampai pukul 1 siang. ditambah
dengan berbagai tugas dari mata pelajaran yang berbeda-beda. Disisi lain ia pun
harus bertahan di Bandung sendiri sebagai anak kost. Tak jarang ia mengerjakan
tugas-tugas sekolahnya sampai larut malam bahkan sampai ia tidak tidur sama
sekali. Namun itu semua tidak mematahkan semangatnya untuk belajar. Saat
pertama kali berkenalan dengan kimia, perasaannya tidak karuan. Bagaimana
tidak, bidang inilah yang akan ia geluti (mungkin) seumur hidup. Tapi ada
perasaan takut yang melandanya. Ia takut tak bisa menguasai materi-materi yang
diajarkan. Ia takut ia malah jadi membenci kimia jika terlalu sulit
menaklukkannya. Hingga pada akhirnya ketakutan itu berkurang setelah semester 1
berakhir. Ternyata kerja kerasnya terbayar, nilai-nilainya cukup memuaskan.
Dengan ini, ia mulai yakin bahwa di semester-semester berikutnya ia bisa lebih
baik lagi. Ditahun pertama pun ia mulai berkenalan dengan jurnal dan laporan.
Comments
Post a Comment