Jogja.. si kota sejuta julukan mulai dari kota keraton, kota pelajar, kota gudeg, kota budaya, kota seniman, dan masih banyak lagi. Kota ini begitu istimewa dibandingkan seluruh daerah lain di Indonesia bukan hanya karna berada di provinsi dengan nama tengah ‘Istimewa’ tapi juga memiliki keistimewaan tersendiri mulai dari segi budayanya yang keraton abis, kulinernya yang khas, serta masyarakatnya yang ramah tamah. Selain itu, Jogja juga memiliki keistimewaan karna memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun lokal, seperti saya. Ditambah, tingkat hipster kota ini yang lagi meroket gara-gara film AADC 2 yang kebanyakan berlatar tempat di Jogja. Gara-gara nonton film ini, saya juga jadi kangen masa-masa liburan pas ke Jogja. Meskipun udah 3 kali wisata ke Jogja tetapi pesona kota ini ibarat air di lautan, ga ada habis-habisnya. Terlebih pada kunjungan saya yang terakhir kali yaitu di awal tahun 2016.
Geng Cinta yang lagi liburan di Jogja - AADC 2
Jalan-jalan jogja kali itu diinisiasi oleh tetangga kosan sekaligus kawan ku, Tia. Ceritanya suatu hari doi berkoar-koar bahwa ada temennya yang mau main ke Jogja dan doi pengen ngajak temen lagi dan itu adalah saya. Yaudah saya iyain aja untuk ngikut. Temennya itu dua orang, sama-sama orang Padang juga sama seperti Tia sehingga dapat dipastikan dalam rombongan perjalanan ini cuma saya yang berlogat Sunda.
Kami berangkat pada hari senin tanggal 4 januari jam 7 malam dari Stasiun Bandung dengan tujuan akhirnya yaitu Stasion Tugu Jogjakarta. Waktu itu kami pakai kereta kelas bisnis yang sebenernya terpaksa kami beli gara-gara tiket kelas ekonomi untuk tanggal keberangkatan kami sudah habis. Meskipun harga tiketnya agak mahal tetapi fasilitas di kelas bisnis cukup worth it terlebih karna kursinya yang lumayan empuk dan bobo-able. Kami pun sampai di Stasiun Tugu sekitar jam 4 pagi. Setelah menunaikan ibadah solat shubuh, kami segera beranjak menuju kediaman mas Argo di jl. Imogiri Barat. Dia adalah teman salah satu kawan Padangku, Fauza (yang waktu itu sebetulnya baru kenal pas ketemu di Stasion Bandung hehe)
Sesampainya di kediaman mas Argo, kami meluangkan waktu dulu untuk istirahat sejenak selepas melakukan perjalanan panjang. Sekitar jam 1 siang, kami mulai beranjak pergi ke destinasi pertama kami yaitu Kalibiru. Kalibiru merupakan tempat wisata yang terletak di kecamatan Kulon Progo. Jarak tempuhnya sekitar 40 km dari kota jogja. Kami sendiri menghabiskan waktu 1 jam lebih dari Imogiri menuju Kalibiru. Untuk mencapai Kalibiru cukup ga mudah loh. Lumayan banyak rintangan yang menghadang kami mulai dari mager di kasur, cuaca jogja yang panasnya kebangetan, kemudian sempat hujan gede, berikut medan yang kami lewati ketika sudah dekat ke kalibiru yang lumayan ekstrim. Sesampainya disana, kami harus jalan kaki melewati jalan yang nanjak banget. Lumayan bisa sedikit menurunkan beratnya beban hidup juga. Setelah membayar tiket masuk yang ditarif 5rb per orang, akhirnya kami bisa touch down di wisata alam Kalibiru.
Wefie sesampainya di Kalibiru
Tak mau menyia-nyiakan moment, saya pun segera keluarkan kamera hape untuk mengabadikan keindahan Waduk Sermo yg terlihat dari sana. Pemandangannya mantap to the max! Ditambah waktu itu kami disana sekitar pukul 15.30 jadi udah agak sore sehingga suasana dan hawanya agak-agak dusky romantis gimanaaa gitu.
Penampakan Waduk Sermo dari Kalibiru
Spot foto dengan background Waduk Sarmo
Ternyata ada yang lebih epic karna disana disediakan jasa fotografer untuk pengunjung yang mau narsis bersama keindahan Waduk Sermo dari Kalibiru. Jadi si jasa fotografer itu menyediakan suatu spot buat foto yaitu berupa rumah pohon, em ga bentuk rumah juga sih tapi yang pasti itu sesuatu yang nempel dipohon sehingga bisa menopang kita, para narsisers, untuk duduk bergaya bersama Waduk Sermo yang persis ada dibelakang kita. Saya pun ga mau melewatkan kesempatan ini. Hanya dengan modal 15rb kita bisa berdiri di spot yang disediakan untuk bernarsis ria berikut difotoin sama mamang-mamang kece. Mereka kece karna ga sekedar membuat pengunjung jadi makin kekinian tapi juga mereka memperhatikan keamanan dan keselamatannya. Jadi untuk sampai ke spot foto itu, kita harus naik taraje (bahasa sundanya tangga dari bambu) dan itu lumayan tinggi loh. Kalo misal kepeleset dan kemudian jatoh ya lumayan bisa bikin patah hati. Maka dari itu si pengunjung sebelum memanjat pohon kudu diberi pengaman yang ada talinya gitu supaya dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.
Salah satu hasil jepretan sang mamang fotografer
Ini adalah spot yang kece banget buat anda-anda yang anaknya kekinian banget. Tapi jujur, pas diatas sana saya ngerasa agak takut soalnya itu kali pertama saya manjatin pohon yang jangkungnya sejangkung pohon itu. Meskipun begitu, saya sangat senang karna dari atas sana saya disuguhkan pemandangan yang luar biasa awesome. Rasanya ingin lama-lama diem disana menikmati keindahan ciptaanNya huoow. tapi sayangnya saya gabisa berlama-lama disana karna masih banyak pengunjung yang ngantri mau naik dan narsis juga. Akhirnya dari situ saya mendapatkan 3 foto terbaik. Hasilnya lumayan buat nambah-nambah postingan di medsos hihi.
bisa duduk-duduk sambil ayunan juga
Jadi spot foot pre-wed juga cocok loh :)
Bernarsis-narsis ria di kalibiru rupanya membuat perut kami ngadat. Maka dari itu, kami pun segera meluncur mencari tempat makan yang pas untuk dinner. Akhirnya kami memilih tempat makan yang ada ayam gepreknya, berhubung temen saya Tia sangat dan amat ingin memakan that kind of dishes. Itu pun menjadi kali pertama buat saya nyobain ayam gepreknya Jogja. Buat yang belum tau, ayam geprek itu semacam kaya ayam penyet cuma bedanya ayamnya ayam geprek lebih hancur daripada ayam penyet.
cuma 7 ribu doang :')
Untuk menikmati 1 porsi ayam geprek plus nasi dan es teh manis, ternyata budget yang kami keluarkan cuma 7rb. Mumer abis. Kalo di Bandung mungkin sekitar 20rban. Bisa murah gini ternyata kata guide kami, Mbak Ayu, karena kalo mahal dikit (skitar 7rb keatas) masyarakat disini bakal kompakan ga beli sehingga bakal bikin si penjual makanan bangkrut. Makanya, kebanyakan rumah makan di jogja biasanya mematok harga yang murah supaya konsumen betah dan mau makan lagi ditempatnya.
Setelah dinner ayam geprek, akhirnya kami kembali ke kediaman mas Argo untuk beristirahat dan melanjutkan hari esok yang pastinya lebih-lebih excited karena esok harinya kami akan melakukan wisata sejarah. (Bersambung)
Comments
Post a Comment